SENDANG SINATAH
berada 11,6 km dari ibukota Kecamatan Kembang,
Jinggotan, dan masuk ke dalam wilayah Desa Dudakawu. Desa Dudakawu
adalah satu dari sebelas desa di Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara,
yang terletak persis di lereng Gunung Muria. Maka tak heran topografinya
naik-turun dan suhunya relatif dingin.
Gerbang Depan
Gerbang Depan
Sendang Sinatah berwujud mata air (sendang) yang memancarkan air tak
henti-henti. Suasana di sekitarnya sangat kuyup hijaunya pepohonan,
karena Sendang Sinatah sesungguhnya masuk ke dalam wilayah hutan hujan
tropis lereng Gunung Muria.
Para peziarah—datang dari segenap
penjuru di Indonesia, mulai dari penduduk lokal, Semarang, Kendal,
Jakarta, hingga Riau dan Kalimantan—mempergunakan air tersebut sebagai
sarana penyembuhan, perantara jodoh, enteng rejeki, dan beragam hajat
lain.
Sendang Sinatah dikeramatkan oleh masyarakat Dudakawu
lantaran ia dipercaya pernah menjadi tempat persinggahan (petilasan)
seorang wali. Wali—seseorang yang dipercaya oleh sebagian besar
masyarakat pedesaan di Jawa memiliki kesaktian—tersebut berpesan kepada
warga di situ (Dudakawu) supaya sendang itu dijaga dan dirawat karena
kelak ia bakal memberi keberkahan pada warga.
Mataair (Sendang) Sinatah
Mataair (Sendang) Sinatah
Dan benar. Beberapa saat setelah persinggahan sang wali, orang
berbondong-bondong mengunjungi sendang. Mereka meminta bermacam-macam
hajat dan keinginan, dan berharap sendang tersebut bisa menjadi
perantara keterkabulan hajat mereka. Maka, mulai saat itu sendang itu
diberi nama Sinatah oleh Pemerintah Desa Dudakawu, yang lantas
membangunnya secara swadaya.
Banyak orang yang hajatnya terkabul
setelah berziarah di sendang. Mereka yang terkabul biasanya bernazar
menyembelih sapi, kerbau, atau kambing, yang bisa diolah di tempat
(disediakan dapur untuk mengolah daging nazar). Kabar dari mulut ke
mulut tentang betapa mustajabnya sendang itu kian memopulerkan
keberadaannya di segenap pelosok Nusantara.
No comments:
Post a Comment