Thursday, February 26, 2015

SENDANG SINATAH

SENDANG SINATAH 
berada 11,6 km dari ibukota Kecamatan Kembang, Jinggotan, dan masuk ke dalam wilayah Desa Dudakawu. Desa Dudakawu adalah satu dari sebelas desa di Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, yang terletak persis di lereng Gunung Muria. Maka tak heran topografinya naik-turun dan suhunya relatif dingin.
Gerbang Depan
Gerbang Depan
Sendang Sinatah berwujud mata air (sendang) yang memancarkan air tak henti-henti. Suasana di sekitarnya sangat kuyup hijaunya pepohonan, karena Sendang Sinatah sesungguhnya masuk ke dalam wilayah hutan hujan tropis lereng Gunung Muria.
Para peziarah—datang dari segenap penjuru di Indonesia, mulai dari penduduk lokal, Semarang, Kendal, Jakarta, hingga Riau dan Kalimantan—mempergunakan air tersebut sebagai sarana penyembuhan, perantara jodoh, enteng rejeki, dan beragam hajat lain.
Sendang Sinatah dikeramatkan oleh masyarakat Dudakawu lantaran ia dipercaya pernah menjadi tempat persinggahan (petilasan) seorang wali. Wali—seseorang yang dipercaya oleh sebagian besar masyarakat pedesaan di Jawa memiliki kesaktian—tersebut berpesan kepada warga di situ (Dudakawu) supaya sendang itu dijaga dan dirawat karena kelak ia bakal memberi keberkahan pada warga.
Mataair (Sendang) Sinatah
Mataair (Sendang) Sinatah
Dan benar. Beberapa saat setelah persinggahan sang wali, orang berbondong-bondong mengunjungi sendang. Mereka meminta bermacam-macam hajat dan keinginan, dan berharap sendang tersebut bisa menjadi perantara keterkabulan hajat mereka. Maka, mulai saat itu sendang itu diberi nama Sinatah oleh Pemerintah Desa Dudakawu, yang lantas membangunnya secara swadaya.
Banyak orang yang hajatnya terkabul setelah berziarah di sendang. Mereka yang terkabul biasanya bernazar menyembelih sapi, kerbau, atau kambing, yang bisa diolah di tempat (disediakan dapur untuk mengolah daging nazar). Kabar dari mulut ke mulut tentang betapa mustajabnya sendang itu kian memopulerkan keberadaannya di segenap pelosok Nusantara.


No comments:

Post a Comment